https://fahmialinh.wordpress.com/2016/01/31/hubungan-habib-ali-bin-muhammad-al-habsyi-shahibul-simthud-durror-dengan-kh-hasan-sepuh-genggong-probolinggo/
Ada sebuah kisah menarik. Diceritakan ketika zaman Alhabib Ali bin
Muhammad bin Husain Al Habsyi Seiwun (pengarang Maulid Simthuddurar).
Ada seorang Auliya Allah bernama Al habib Abdul Qadir bin Quthban Assegaf.
Habib Abdul Qadir bin Quthban adalah
seorang ‘alim yang sangat gemar bersilaturrahim kepada para ‘alim ulama’
para waliyullah yang masih hidup di zaman tersebut.
Kegemaran Beliau bersilaturrahim
bukan hanya terbatas di wilayah Hadramaut Yaman saja. Tapi juga sampai
ke pulau Jawa Indonesia. Bahkan juga sampai ke kediaman Hadratussyaikh
KH. Mohammad Hasan Sepuh Genggong Probolinggo.
Ketika tiba dikediaman Kiai Hasan
Sepuh Genggong, Habib Abdul Qadir disambut dengan ramah. Beliau berdua
pun berbincang bincang. Tentunya dengan bahasa arab.
Sampai pada akhirnya kiai Hasan sepuh bertanya, yang kalau diterjemahkan :
“Habib, bagaimana kabarnya Habib Ali Habsyi Seiwun (pengarang Simtudhurar)??”.
Ditanya seperti itu, Habib Abdul
Qadir terkejut dan terheran-heran. Bagaimana bisa Kiai Hasan Sepuh
Genggong mengenali Habib Ali Habsyi Seiwun. Sedangkan Kiai Hasan secara
dzahir tidak pernah ke Hadramaut Yaman, dan Habib Ali Habsyi Seiwun juga
tidak pernah ke Indonesia.
Seolah mengetahui apa yg ada dihati Habib Abdul Qadir, Kiai Hasan kembali berkata :
“Habi Ali Al Habsyi Seiwun itu
kulitnya seperti ini … (menyebutkan), wajahnya begini… (menyebutkan),
kalau duduk seperti ini… (disebutkan), jalannya seperti ini…
(disebutkan), di kediaman Habib Ali rumahnya seperti ini… (menyebutkan),
di depannya ada masjid bernama Masjid Riyadh dan tiangnya ada…
(menyebutkan)”.
Dan bertambah kagumlah Habib Abdul
Qadir bin Quthban. Takjub oleh Kiai Hasan Sepuh Genggong yang
menyebutkan secara detail seolah-olah beliau sangat akrab dengan Habib
Ali Habsyi dan mengetahui keadaan rumahnya di kota Seiwun Hadramaut
Yaman. Padahal Kiai Hasan tidak pernah sampai ke sana.
Lalu setelah cukup berbincang-bincang, tak lama kemudian, Habib Abdul Qadir bin Qithban pun berpamitan pulang.
Ketika sekembalinya dari tanah Jawa
ke Yaman. Habib Abdul Qadir bin Quthban mengunjungi kota Seiwun, untuk
bertemu dengan Al Imam Al ‘Arifbillah Al Habib Ali Al Habsyi Seiwun.
Ketika sudah sampai di kediaman Habib
Ali Habsyi dan berhadapan dengan beliau, ditengah-tengah perbincangan,
Habib Ali Al Habsyi bertanya :
“Wahai Sayyid Abdul Qadir, apakah di Jawa engkau bertemu dengan seorang syekh bernama Hasan Jawi (Jawa maksudnya)”.
Habib Abdul qadir teringat
pertemuannya dengan Kiai Hasan Sepuh Genggong. Beliau mengangguk
meng-iyakan. Lalu Habib Ali Al Habsyi berkata :
“Syekh Hasan itu kulitnya seperti
ini… (menyebutkan), wajahnya seperti ini… (menyebutkan), duduknya
begini… (mencontohkan), jalannya seperti ini… (menceritakan), dan di
rumahnya begini… (menjelaskan)”.
Hingga Habib Abdul Qadir takjub
dengan detailnya penjelasan Habib Ali Seiwun tentang Kiai Hasan seolah
keduanya adalah sahabat karib yang akrab. Padahal Habib Ali Seiwun tidak
pernah ke indonesia. Subhanallah.
Nah, begitulah jika seseorang telah
diangkat derajatnya oleh Allah. Maka dunia tidak lebih hanyalah barang
mainan saja. Meski dahulu tidak ada alat komunikasi seperti handphone
ataupun TV, namun berkat karomah dari Allah, beliau berdua telah saling
mengenal dalam dunia bathiniyah.
Ketika haul Al ‘Arifbillah Al Habib
Ali Habsyi Seiwun Shahib Simutuddurar di kota Solo, salah satu dari cucu
Kiai Hasan Sepuh Genggong sowan ke Habib Anis bin Alwi bin Al Imam Ali
Al Habsyi Seiwun. Cucu dari Habib Ali Simtudhurar.
Saat Habib Anis tahu bahwa yang sowan
adalah cucu Kiai Hasan Genggong. Habib Anis tersenyum sambil berkata
“Kakekku dan kakekkmu mempunyai ta’aluq bathin”.
Semoga kita yang penuh dengan dosa
ini diampuni oleh Allah. Dan dengan rahmat Allah semoga kita dilayakkan
untuk dimasukkan kedalam rombongan beliau para guru-guru kita auliya’
washalihin. Aamiin.
Al-Faatihah
Sumber : Habib Ali Abdurrahman Al Habsyi
No comments:
Post a Comment